Sepertinya AMD dan intel berlomba-lomba mengejar kecepatan dengan proses pengandaan core yang gila-gilaan. Dimulai intel dengan pentium 4 dual core dari keluarga smithfield dan presler, core duo dan core 2 duo hingga quad core kemudian diikuti amd dengan Athlon 64 X2 dan phenom X4 nya terlihat bernafsu untuk memperbanyak penggandaan core dengan harapan makin banyak macam thread yang bisa dikerjakan dalam satu waktu. Apakah processor multi core diperlukan dalam setiap aplikasi untuk meningkatkan kinerja? Jawabannya tentu saja beragam tergantung dari aplikasi apa yang kita gunakan yaitu dukungan suatu aplikasi untuk memanfaatkan kemampuan penuh processor multi core tersebut.
Kita pernah mendengar apa yang namanya thread pada hyper threading misalnya, merupakan kosa kata yang mewakilkan proses pengerjaan suatu task dalam satu waktu. Processor dengan single core melakukan banyak proses secara bergantian yang diatur dengan sistem penjadwalan. Jadi misalnya ada 2 proses yang dikerjakan bersama-sama maka detik 0-1 menangani proses 1, detik 1,1-2 menangani proses 2, dan seterusnya secara silih berganti hingga proses dinyatakan selesai. Sebenarnya satuan waktu yang digunakan untuk penjadwalan bisa mencapai 1/1000 detik hingga kita tidak akan pernah merasakan delay yang tercipta akibat pergantian eksekusi proses.
Ide munculnya hyper threading ada saat aplikasi yang menggunakan multi thread dalam prosesnya banyak bermunculan. Bayangkan jika dalam satu waktu ada lebih dari 20 thread dengan panjang proses yang saling membutuhkan satu sama lain(dimana proses yang satu akan dikerjakan jika proses tertentu telah dikerjakan). Sebuah penantian yang panjang bagi sebuah processor. Maka intel menciptakan hyper threading untuk memecah kemampuan baca thread pada processor sehingga sistem operasi akan mendeteksi seolah-olah tedapat dua processor pada sistem. Berapa banyak waktu yang bisa di pangkas dengan teknologi ini.
Kemampuan hyper threding disempurnakan dengan munculnya jajaran processor dual core, quad core bahkan 8 core dari Amd dan Intel. Sayang konsentrasi peningkatan kinerja kedua pabrikan tersebut hanya melulu pada penggandaan core yang sebenarnya lebih cocok untuk pemakaian server. Jadi pemakaian multi core pada desktop tidak perlu? Jika anda menggunakan komputer desktop hanya untuk mendengarkan musik, mengetik atau mengerjakan aplikasi kantor lainnya tentu saja jawabannya tidak perlu. Lain halnya untuk anda yang gemar games, atau yang sering melakukan tugas-tugas multimedia secara masal dan bersamaan maka multi core akan sangat membantu.
Lantas apakah peningkatan kinerja processor dengan cara penggandaan core membawa hasil yang significant? Agak susah menjawab sekarang mungkin karena teknologi multi core belum sepenuhnya matang karena processor multi core belum bisa mengerjakan suatu thread/proses secara simultan. Entah karena masalah dari processor tersebut yang tidak mampu memecah suatu thread untuk dibagikan rata pada masing-masing core atau karena memang masih jarang aplikasi yang bisa memanfaatkan fitur multi core tersebut. Anda dapat lihat saat melakukan effect corel, winzip atau single task lainnya dengan memperhatikan performance CPU usage pada task manager tampak hanya salah satu core yang bekerja hingga 100%, lainnya hanya menonton. Lalu apa gunanya aplikasi dual core optimizer atau driver dual core yang kita instal tersebut. Gunanya tak lain untuk meningkatkan efisiensi penggunaan waktu pada proses penjadwalan yang masih terjadi.
Jadi pada single task, processor single core dengan frekuensi yang lebih tinggi corenya jauh lebih baik dibandingkan dengan multi core dengan frekuensi core yang lebih rendah. Semoga saja diantara dua kubu tersebut berupaya menghasilkan suatu processor multi core yang seolah-olah terdapat satu processor atau malah smart threading yang nantinya secara pintar mengkondisikan dirinya apakah harus bekerja sebagai satu procesor, multi core atau kombinasi keduanya.
Semoga saja…
0 comments:
Post a Comment